Dalam suatu pertemuan, apakah rapat atau diskusi resmi, kita diberikan kesempatan untuk berbicara menyampaikan gagasan dan pendapat dalam waktu yang relatif singkat. Sering kita jumpai orang yang berbicara tidak langsung pada inti persoalan, namun lebih banyak pendahuluan, basa-basi ataupun becanda. Sehingga biasanya pemandu acara menyetop pembicaraan dan bilang: maaf, waktu anda untuk berbicara habis !.
Maka, ketika dipotong pembicaraannya, orangpun biasanya ngedumel dan menyesal. Karena banyak gagasan penting yang belum disampaikan, tetapi waktu dan kesempatan telah habis. Ada juga penyesalan, mengapa ketika berbicara, isinya tidak sesuai dengan yang diinginkan dan dipersiapkan. Rasanya ingin berbicara lagi lebih baik, tetapi jatah waktu telah habis.
Demikianlah, suatu gambaran umum tentang satu makna dalam kehidupan ini. Karena bagaimanapun drama kehidupan ini tidak jauh berbeda dengan cerita tersebut. Banyak sekali keinginan untuk berbuat kebaikan selama hidup ini, tetapi kita terkecoh untuk melakukan hal-hal yang tidak begitu penting dan bermakna. Kita hidup sering berleha-leha, hanya mengejar kesenangan, yang belum tentu berujung pada garis kebajikan. Tidak disadari beragam penyakit mendekat, menjerat dan tiba-tiba malaikat Izrail datang dan melakukan interupsi: Maaf, jatah umur anda habis !
Ketika sang moderator/pemandu acara mengingatkan waktu kita tinggal sedikit, baru kita tersadar dan menyesal, mengapa jatah umur yang kita miliki tidak digunakan dengan sebaik-baiknya. Begitu banyak daftar keinginan yan belum tercapai, semata karena kita biasanya lengah dalam memanfaatkan jatah waktu. Akal dan nurani masing-masing bisa menimbang dan menilai dengan jernih dan objektif, bahwa apa yang telah dilakukan selama ini ternyata bobotnya rendah. Banyak memakan biaya, waktu, dan tenaga, tetapi nilai gunanya untuk memenuhi kebutuhan dunia dan bekal akherat ternyata bobotnya kecil.
Karena itu, siapapun yang mulai memasuki hari tua, ditambah lagi kesehatan yang memburuk, yang ada hanyalah penyesalan dan sederet daftar keinginan yang tidak mungkin terwujud karena jatah waktu telah habis. Orang pun lalu berandai-andai, “kalau saja waktu bisa diputar balik dan kita memulai lagi menapaki masa muda, maka aku pasti tidak akan menyia-nyiakan jatah umurku”
Sesungguhnya peristiwa penyesalan, dan pembelajaran hidup itu terjadi tidak mesti menunggu hari tua atau datangnya malaikat Izrail. Hampir setiap hari kita melakukan kesalahan serupa secara berulang-ulang. Coba saja dihitung dan dicermati aktifitas kita sehari-hari. Setiap orang memiliki jatah waktu yang sama, yaitu 24 jam dalam sehari-semalam. Ambil kertas dan pensil lalu dihitung sendiri, dari jatah waktu itu berapa jam untuk kerja produktif dan bermanfaat bagi diri dan orang lain? Berapa ratus dan ribu kata yang keluar dari lisan kita, dan dari jumlah itu, berapa persen yang bernilai, yang merusak, dan yang sia-sia belaka?
Setiap hari kita mengeluarkan energi, menggerakkan tangan, kaki, lisan, mata, berpikir dan mengaktifkan organ tubuh lain, tetapi kita jarang sekali bahkan cenderung tidak pernah membuat kalkulasi atau perhitungan serta mengendalikan diri agar semua aktifitas kita produktif dan bermakna. Padahal, bukankah perbuatan baik dan buruk itu sama-sama mengeluarkan daya dan upaya? Bukankah berpikir positif atau negatif itu sama-sama mengeluarkan energi? Bukankah berbicara baik atau buruk itu sama-sama menggunakan mulut dan bibir? Lalu, mengapa kita tidak memilih yang baik dan positif saja?
Jadi, setiap hari banyak sekali peringatan dan pelajaran hidup, baik yang terjadi pada diri kita sendiri, maupun orang lain. Jangan sampai ketika waktu kita habis kita kaget, menyesal, dan mengutuk diri sendiri. Mari kita belajar disiplin dan mendisiplinkan diri sendiri untuk melakoni hidup yang lebih baik dan bermanfaat. Jangan sia-siakan umur hanya untuk sibuk menyalahkan orang lain serta berkeluh kesah. Coba introspeksi, buku apa yang dibaca, acara televisi apa yang paling sering ditonton, tema dan materi pembahasan apa yang banyak diobrolkan, dan perilaku apa yang sering dilakukan.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa manusia akan tutup usia, siapa dan apapun kita tidak akan bisa mengelak dan menghindar dari perkara yang lazimnya disebut kematian. Ketahuilah bahwa kematian termasuk kedalam tiga kategori yang datang tanpa salam dan pulang tanpa pamitan, seperti halnya jodoh dan rizki, tanpa disangka, tanpa diduga akhirnya ia datang juga. Maka, karena kematian adalah perkara yang pasti maka mutlak adanya untuk memanfaatkan waktu usia kita dengan sebaik-baiknya. karena ketika ajal datang, ketika tubuh dibungkus kain kafan, tidak ada lagi suatu yang paling berharga kecuali amal kita ketika hidup di dunia.
Andai hidup ini seperti permainan sepak bola yang biasanya di 90 menit akhir terdapat apa yang disebut dengan injury time atau pertambahan waktu. Tapi, apakah jatah hidup kita juga mengenal istilah injury time?, tentu tidak. Untuk itu sebelum 90 menit itu usai kita para pemain dituntut untuk bermain dan berlakon maksimal memanfaatkan waktu dan keadaan dan jangan sampai lengah, buat peluang, ciptakan gol dan jangan sampai kebobolan.
Ku Tahu Waktu Menjanjikan Berkah. Ku Buru Pantang Menyerah, Apalagi Pasrah...
Selasa, 18 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Tidak selamanya pergaulan dapat berjalan dengan lancar bila tidak dirawat, dipelihara dan dijaga dengan baik dan maksimal. Sesekali hambatan...
-
Sudah ku perlihatkn padamu, perihal lukisan yang tergambar di kanvas hatiku, tidakkah kau cermati jika aku mengukirnya dengan tinta cint...
-
KISI-KISI SOAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) UAS-1 TAHUN PELAJARAN 2015-2015 Catatan khusus: Silakan baca dan pahami kis...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar