Jumat, 09 Juli 2010

PENDIDIKAN SEKS DALAM PANDANGAN ISLAM
1. Pendahuluan
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW.
alau kita melihat perkembangan dan perubahan gaya hidup masyarakat dewasa ini yang cenderung mencari kebebasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan dalih “demokrasi/emansipasi”, terutama dalam melakukan hubungan seksualnya. Untuk itu terasa sangat perlu menyebarluaskan pendidikan seks yang selama ini bahasa dan maknanya disalahgunakan oleh sebagian kalangan terutama remaja. Disamping memang selain latar belakang tersebut, juga dilandasi berbagai macam alasan lain, diantaranya yaitu:
1. Untuk memelihara nilai-nilai moral generasi muda/remaja
2. Mengatasi gangguan psikis dikalangan para remaja
3. Untuk memberi pengetahuan khususnya tentang seks yang sesuai dengan tuntunan syariat Islam.
Islam adalah agama universal yang memberikan pedoman/petunjuk hidup bagi umat manusia (pemeluknya) dalam segala aspek/bidang kehidupan tidak terkecuali masalah seks. Islam mengatur dan memberi arah kepada umat manusia dalam melaksanakan fungsi seksualnya kearah tujuan yang benar yang sesuai dengan landasan syariat Islam.

2. Manusia Berjenis Laki-laki dan Perempuan
Sunatullah menentukan bahwa untuk melangsungkan kehidupan makhluk-makhluk hidup, Allah menciptakan berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Firman Allah SWT:
وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” {QS. Adz-Dariyat: 49}

Dalam dunia manusia, terutama antara jenis laki-laki dan perempuan itu tidak sama, dapat berbeda-beda yang merupakan ciri masing-masing, disamping banyak pula ciri-ciri yang bersamaan. Dalam al-Qur’an Allah SWT menjelaskan kata-kata istri Imran ketika melahirkan anak (bayi) perempuan

وَلَيْسَ الذَّكَرَكَلاْنُثْى
“laki-laki tidak seperti perempuan” {QS. Ali Imran: 36}

Oleh karena perbedaan tersebut, maka dalam dunia manusia khususnya antara dua jenis makhluk itu saling mempunyai daya tarik masing-masing. Laki-laki mempunyai daya tarik terhadap perempuan, perempuanpun mempunyai daya tarik terhadap laki-laki (walau terkadang tidak “blak-blakan”). Antara dua jenis yang saling mempunyai daya tarik itu, secara naluriyah masing-masing mempunyai hasrat untuk saling mengadakan kontak.
Jika hasrat untuk mengadakan kontak itu dibiarkan secara naluriyah, tanpa adanya aturan, maka akan mengakibatkan terjadinya kontak-kontak dalam bentuk “liar”. Kontak liar itulah yang akan mengakibatkan martabat manusia sebagai makhluk terhormat dan beradab menjadi merosot dan bahkan hancur.
Firman Allah SWT dalam surat At-tin ayat 3 dan 4:
Artinya: “Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, kemudian kami mengembalikan dia ke tempat yang rendah”

3. Kepribadian Kelamin pada Anak-anak
Kepribadian kelamin pada anak-anak baru mulai tumbuh setelah mereka berusia 7 tahun. Masa ini disebut masa tamyiz, masa anak-anak yang mulai dapat membedakan banyak hal yang baik maupun yang buruk dan seterusnya, terutama membedakan antara jenis kelaminnya dengan jenis yang lain. Laki-laki dan perempuan.

4. Kepribadian Kelamin Setelah Baligh
Masa baligh adalah masa seseorang telah dibebani rasa tanggungjawab keagamaan. Pada laki-laki biasanya ditandai dengan mengeluarkan sperma, dan pada perempuan biasanya dengan datangnya menstruasi. Hal ini yang terkadang menimbulkan kegelisahan dikalangan yang bersangkutan, jika tidak mengetahui dan memahami permasalahannya.
Bersamaan dengan sesampainya anak pada usia baligh itu, kepribadian seksnya semakin jelas, baik dari gejala-gejala fisik maupun psikis. Oleh karenanya, Islam makin besar peranannya dalam mengatur dan mengarahkan perkembangan jiwa seksualnya setelah anak mencapai usia baligh tersebut. Allah SWT berfirman:
          •           
Artinya: “Hai anak Adam, Sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu Pakaian untuk menutup auratmu dan Pakaian indah untuk perhiasan. dan Pakaian takwa itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”
Disamping masalah pakaian, Islam juga sangat memperhatikan etika pergaulan sehari-hari, antara laki-laki dengan perempuan bukan mahram dan bukan suami istri, Islam melarang terjadinya pandang memandang yang dibarengi dengan hawa nafsu. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Artinya: “Hai Ali, janganlah kamu ikuti pandangan yang terjadi dengan tiba-tiba dengan pandangan lain; engkau hanya berhak atas pandangan yang pertama tetapi tidak atas pandangan yang terakhir”.
Begitu pula terhadap kontak seksual antara laki-laki dan perempuan diluar nikah dipandang suatu jarimah atau kejahatan (delik), namun bukan delik aduan yang menjadi hak manusia, seperti yang sampai sekarang berlaku dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), tetapi delik disini adalah delik moral yang merupakan hak Allah SWT. Inilah salah satu sinyalemen Allah didalam al-Qur’an:
         
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.” {QS. Al-Isra’: 32}

5. Pernikahan adalah Saluran yang Berperadaban
Oleh karena seksual merupakan tuntutan naluriyah hidup, yang merupakan kebutuhan baik fisik maupun psikis, Islam memberikan saluran yang sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk yang beradab dan berkehormatan, yaitu dengan jalan pernikahan terlebih dahulu. Kepuasan dalam perkelaminan memperoleh perhatian dalam ajaran Islam. Khitan diisyaratkan antara lain juga bertujuan untuk (agar) terjadi kepuasan dalam perkelaminan. Rayu cumbu (cumbu rayu) diisyaratkan juga antara lain bertujuan untuk memperoleh kepuasan dalam perkawinan.

6. Fenomena Remaja dan Seks
Remaja merupakan “barang baru” yang dalam dirinya banyak terdapat “keanehan”. Prof. Dadang Hawari menjelaskan bahwa remaja memiliki sifat ingin tahu dan ingin mencoba. Dan terkadang tidak melihat apakah akan berakibat buruk atau tidak perbuatan yang akan dilakukannya, termasuk dalam proses pemahamannya mengenai seks.
Apalagi ketika kita melihat fenomena sinetron yang tayang di hampir seluruh stasiun TV swasta, yang kehadirannya sudah menjamur yang seolah tidak bisa dibendung lagi, ironisnya sinetron tersebut kebanyakan menceritakan kisah-kisah percintaan antara kaum Adam dan Hawa. Bahkan bukan saja remaja SMA/SMU yang jadi objek, tetapi remaja yang notabene masih “dibawah umur” alias anak SMP dan bahkan SD. Yang pada akhirnya remaja-remaja kita banyak yang mencontoh “gaya pacaran” yang sering dipertontonkan tersebut.
Kita tidak perlu mencari kambing hitam dalam masalah ini, akan tetapi PR kita sekarang bagaimana arus informasi itu tidak mendarah daging dikalangan remaja kita, yang kita tahu dampak negatifnya,
Untuk itu, diawal sudah disampaikan bahwa salah satu untuk mencegah masuknya prilaku tersebut, perlu kiranya kita memberikan pendidikan tentang bagaimana cara bergaul yang baik dan tentunya sesuai dengan ajaran agama kita, dengan begitu remaja akan memahami makna pergaulan itu sendiri, yang pada akhirnya mereka senantiasa terhindar dari virus-virus liar tersebut.

7. Penutup
Diawali dengan niat yang lurus dan ikhlas bahwa kita ingin memperbaiki cara bergaul kita, kita berusaha dan berdo’a agar senantiasa dijauhkan dari hal-hal yang dapat memberikan dampak negatif kepada kita. Pendidikan seks itu penting untuk memberikan pemahaman khususnya kepada remaja agar senantiasa bergaul dalam lingkup yang sesuai dengan aturan yang ada. Sebagai penutup kita perhatikan salah satu nasihat Aa Gym dalam sebuah karya bukunya: Etika Bisnis “Pada dasarnya orang yang sukses adalah orang yang paling berhasil menata diri, pikiran, mata dan mulutnya sehingga hidup dijalan yang sesuai, yaitu jalan yang Allah SWT ridhoi” Insya Allah…..hanya kepada Allah jualah kita berserah diri !

والله اعلم باالصواب

Kuy Reuni