Ada
yang berubah momen di mana ulang tahun kita hari ini, di tengah media sosial yang
bertebaran. Tapi mau bagaimana lagi? Begitulah kenyataannya.
Beberapa
hari lalu, Alhamdulilah, saya diberi kesempatan untuk merasakan usia
yang makin bertambah. Ulang tahun. Seperti yang berulang tahun pada umumnya,
ucapan selamat dari orang-orang terdekat sampai yang tidak kenal-kenal amat
saya dapat. Ucapan yang saya anggap sebagai bentuk perhatian dengan doa-doa
pengiring yang terbaik. Terima kasih, ya!. Tapi, bukan mau ngomongin bagaimana
ulang tahun saya kemarin kok. Hanya saja momen ulang tahun kemarin
berhasil menggelitik otak saya soal ini.
Berulang
Tahun di Zaman Medsos
Bercerita
sedikit, saya terlahir di zaman 90-an (-). Tepatnya, rahasia ja ya. hehe.
Walau usia kini tidak lagi disebut anak-anak, saya bersyukur sebab saya masih
bisa merasakan momen ulang tahun yang begitu spesial dan membekas dalam ingatan
sampai sekarang. Tapi apa itu berarti ulang tahun yang sekarang tidak spesial?
Ya, seperti ada yang kurang saja rasanya. Terutama kejutannya, kali ya.
Sebab dulu sewaktu belum banyak waktu dihabiskan bermain medsos, sekadar
ucapan ulang tahun rasanya sudah senang sekali, terasa mahal. Apalagi ucapan
yang terjadi memang benar-benar diucapkan dan harus dengan pertemuan.
Sebaliknya,
di zaman now, di mana media sosial bertebaran di mana-mana. Data kita,
termasuk tanggal lahir tidak lagi jadi rahasia membuat kejutan, rasanya tidak segreget
dulu. Justru akan menjadi aneh, ketika orang-orang tidak mengucapkan
padahal pemberitahuan siapa yang berulang tahun muncul di berandanya atau yang
lebih mudah lagi, unggahan foto atau status yang menggabarkan dirinya sedang
berulang tahun. Hal semacam ini kemudian secara tidak langsung membuat siapapun
yang berulang tahun jadi seperti mengharapkan (walau tidak semuanya sama
ratakan demikan), diberi ucapan. Iya, gak sih? Atau mungkin itu hanya firasat
saya saja. hehe.
Pura-pura
Terkejut?
Ulang
tahun di tengah berbagai media sosial yang mendampinginya, memang mau tidak mau
merubah peringatan ulang tahun. Yang rasa kejutannya memang tidak lagi sama.
Seperti
hal yang juga (sering/pernah) sahabat/teman saya lakukan ketika berulang tahun.
Tidak perlu menunggu apalagi memberi kode-kode kepada sahabat lainnya untuk
diucapkan ulang tahun. Dengan frontal, Ia mengumumkan sendiri di grup kalau sedang
berulang tahun dan tinggal menunggu ucapan dari mereka satu per satu. Kelihatan
memaksa sih. Tapi sudah memikirkan risikonya kok dan dia
menganggapnya itu bukan memaksa lho, cuma sekadar menegaskan ingatan
mereka yang memang sudah ingat atau yang lupa mengecek media sosial agar segera
mengecek untuk lebih meyakinkannya. hehe.
Mau
tahu respon apa yang didapat? Respon yang diterima dari para sahabat beragam
dan saya anggap itu wajar adanya. Dari disangka sedang tidak sehat sampai
dikira dagelan (melucu). hehe. Ya, saya pikir hal semacam ini mau tidak
mau juga makin ke sini akan dianggap lumrah, sebab seperti yang sudah dikatakan
sebelumnya, keberadaan media sosial jadi salah satu alasan mengapa kejutan di
hari ulang tahun berkurang kadarnya.
Tidak
berhenti hanya di grup berisi para sahabat, saya coba melakukan hal yang serupa
di beranda media sosial saya, di akun medsos saya yang sengaja saya buat untuk
teman-teman yang sekiranya lolos seleksi (hehe) pun di akun ini saya
memproteksi beberapa fitur agar saya bisa mengontrolnya. FYI, meski media
sosial ini katanya sudah banyak ditinggalkan, biarin aja, sebab saya
masih nyaman berada di sana apalagi sebagian teman juga “tinggal” di sini.
Dengan
tiga perempat bercanda sisanya serius (baca: ngarep), kesempatan momen ulang
tahun saya ini saya jadikan studi kecil-kecilan. Di mana tujuan dari
penelitian ini adalah saya ingin menghitung seberapa banyak ucapan yang saya
terima di media sosial, yang juga saya anggap sebagai cerminan seberapa
banyak sebenarnya teman saya di media sosial.
Sebab,
saya pernah membaca sebuah berita bahwa sebenarnya teman
kita di media sosial tidak lebih dari 150 orang saja. Kecil? kelihatannya
memang kecil untuk ukuran pertemanan media sosial kita yang mencapai ratusan
atau ribuan. Namun, ketika dipikir-pikir dan dibuktikan sendiri ternyata jumlah
tersebut bisa jadi benar adanya sebab lebih dari 3000 teman saya hanya mendapat
lebih dari setengah yang disebut dalam penelitian, tidak sampai 200. Dan benar lho,
siapa-siapa yang mengucapkan ternyata memang mereka yang setidaknya saya pernah
tahu meski hanya nama saja, misalnya. Pun rata-rata mereka juga pernah
berinteraksi secara tak langsung di media sosial, bukan yang sekadar meminta
pertemanan lalu membisu.
Angka
tersebut paling tidak juga bisa jadi pengingat, bahwa sebanyak apapun temanmu
di dunia maya tidak semua benar-benar adalah teman yang bisa dijadikan
sebenarnya teman, palsu? Yang peduli dengan statusmu memang ada, tapi banyak
pula yang biasa-biasa saja. Yang menyukai unggahanmu juga bisa, tapi banyak
juga yang melewatkan begitu saja.
Jadi
kemana-mana, ya? (hehe). Intinya, keberadaan media sosial hari ini memengaruhi
banyak hal, termasuk cara pandang kita mengenai bagaimana kita merayakan ulang
tahun yang secara tidak disadari telah menjadi konsumsi khalayak umum.
Jadi terima saja jika tidak semua teman medsosmu lalu akan menganggap bahwa
ulang tahunmu spesial bagi mereka. Memangnya sudah bertemu? Bukannya saling
bertegur sapa di media sosial pun tidak pernah dilakukan toh?.
Walau
Rasanya Jadi Berbeda, Jangan Lupa Bersyukur !
Kembali
pada maknanya saja sih, ulang tahun bukan seberapa banyak yang
mengucapkan, tetapi bagaimana caramu bersyukur! Nyatanya, tidak sedikit juga
orang yang ada di sekeliling kita bersimpati dan peduli kepada kita, dan Alhamdulillah,
tiap tahun tidak pernah sepi dari kejutan-kejutan. Tahun 2018 ini malah dapat
kado banyak !. malah saya tidak segan mentraktir orang-orang yang sudah
bersimpati jangankan meminta, tidak memintapun jika sempat, saya selalu
meluangkan untuk itu. Selamat berulang tahun di zaman media sosial, zaman di mana
pura-pura tidak tahu adalah alasan yang tidak lagi seksi.
Wis, lah. Semongko saking kula !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar